Ini adalah kisah tentang 5 bersaudara, tepatnya 5 laki-laki bersaudara, kalau dalam pewayangan sering diberi julukan pandawa lima. Pandawa lima dikenal sebagai tokoh dalam dunia kebaikan, dan bahkan mereka juga sering diangkat dalam berbagai tema tentang kebaikan, salah satunya diangkat sebagai pendakwah saat kanjeng sunan kalijaga menyampaikannya kepada masyarakat. Nah perkenalkan kami 5 laki-laki bersaudara, Pandawa Lima masa kini, he..he.
Anak pertama, adalah cerminan sosok Yudistira, pribadi yang bertanggung jawab dan mengayomi adik-adiknya. Lulus sekolah jenjang SMP dan melanjutkan ke sekolah jenjang atas, meskipun harus berhenti di tengah jalan karena tertarik untuk menjadi tentara TNI, dan alhamdulillah tercapai hingga puncak karirnya sebagai komandan koramil berpangkat mayor infanteri. Karir yang tidak mudah untuk diraih, penuh dengan liku-liku perjuangan sebagai abdi negara, berpindah tempat tinggal dari satu daerah ke daerah lain termasuk menapak kaki di pulau Kalimantan dan Papua. Selain itu, sang kakak juga memiliki kelebihan bakat seni yang luar biasa, bakat yang menurun dari sang ayah yang juga seniman tradisional. Beliau adalah seorang dalang yang piawai dalam memainkan seni wayang.
Anak kedua, mewakili sosok sang Bima dalam dunia pewayangan, yang berbadan kekar, gagah dan awet muda. Tak berbeda jauh dengan anak pertama, anak kedua ini juga memiliki lika liku Panjang dalam karirnya, beliau diterima sebagai guru PNS bidang studi bahasa Inggris dalam perantauannya ke pulau Kalimantan hingga sampai pada puncak karirnya menjadi kepala bidang di salah satu dinas kabupaten di Pulau Kalimantan, tepatnya di kabupaten Berau Kalimantan Timur, sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dengan destinasi wisatanya yang luar biasa, seperti pulau derawan dengan keindahan terumbu karangnya, pulau sangalaki dengan ubur-uburnya yang selalu menjadi salah satu daya Tarik bagi wisatawan, Labuan cermin yang terkenal dengan danau dua rasa, dan masih banyak lagi lainnya, sehingga menarik wisatawan nasional maupun mancanegara untuk menikmati keindahan alamnya.
Anak ketiga, pastinya orang yang sangat pendiam, penyabar dan lemah lembut karena sosoknya mewakili sosok Arjuna. Selepas menyelesaikan Pendidikan di bangku menengah atas, dia memutuskan untuk mengadu nasib untuk menjadi seorang TKI di Korea Selatan, sebuah pengalaman hidup yang sangat berarti dan memberi kesan yang luar biasa pastinya. Hingga kemudian setelah masa kontrak kerja habis akhirnya iapun memutuskan pulang ke Indonesia. Kembali mencoba peruntungan nasib dengan merintis usaha mandiri, membuat usaha percetakan & fotocopy dekat daerah kampus. Tak cukup hanya mengecap Pendidikan menengah atas, si kakak ke tiga ini pun memutuskan untuk melanjutkan Pendidikan ditingkat perguruan tinggi sambi menjalankan usahanya. Karena buah kesabarannya akhirnya sukses menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana komputer. Berbekal ijazah sarjana yang dimiliki, kemudian mencoba focus menjadi tenaga honor di salah satu sekolah dan melepas usaha pribadinya, hingga akhirnya dia sukses menjadi PNS sebagai guru komputer disalah satu sekolah menengah atas di kota Samarinda Kalimantan Timur, kota dengan beraneka ragam budaya dengan slogannya Samarinda kota TEPIAN, kota yang Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman.
Anak ke empat juga tak kalah serunya, wataknya yang keras seakan memberi petunjuk kalau dia adalah lelaki sejati (sejak kecil jauh di hati), meskipun kadang sifat melow nya juga menghiasi kehidupan. Karena keadaan, sejak kecil bahkan sebelum mengecap bangku sekolah ia telah hidup terpisah dengan orang tuanya. Mendapatkan didikan yang keras, ditambah dengan pengalaman hidup yang ia jalani, membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat. hingga suatu masa ia harus mengikuti jejak kakak keduanya merantau hingga sampai ke pulau Kalimantan. Berkat dukungan sang kakak yang lebih dulu sukses, iapun melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi hingga bisa menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjananya dalam bidang pendidikan kimia dalam waktu kurang lebih 5 tahun. Seiring waktu, mengisi kekosongan waktu ia pun mengajar sebagai guru honorer di salah satu sekolah dikabupaten Berau. Tepat setahun setelah kelulusannya, iapun mencoba mengadu nasib mendaftar menjadi pegawai dan diterima sebagai pegawai negeri sipil menjadi tenaga pengajar hingga saat ini, mengabdikan diri di bumi battiwakkal tercinta, tempat dimana ia membangun hidup dan meniti karir. Bahkan dalam perjalanan karirnya, ia mampu menyelesaikan Pendidikan lanjutan di pasca sarjana dalam bidang pendidikan.
Dan terakhir tentang anak ke lima. Dia adalah sosok yang tangguh, tidak pernah kalah dalam berdebat diantara saudaranya. Pernah merasakan hidup diperantauan Bersama kakak keduanya, yang kemudian akhirnya memutuskan kembali ke kampung halaman. Pasca menyelesaikan pendidikannya dibangku sekolah tingkat menengah atas, dia pun melanjutkan pendidikannya, mengambil kuliahnya dijenjang Diploma 3 pelayaran. Bakat renang timbul tenggelam di sungai yang dimilikinya, memuluskan langkahnya belajar pelayaran hingga meraih gelas master di bidang pelayaran. Banyak cerita dalam setiap pengalaman berlayarnya, dan pastinya ia adalah satu-satunya diantara 5 bersaudara yang telah menjajakkan kakinya di beberapa negara dibelahan dunia. Dan kini ia pun telah mencapai kesuksesan dalam karirnya, menjadi raja samudera, nahkoda kapal di sebuah perusahaan kapal terbesar di Indonesia.
Sekelumit kisah singkat tentang 5 bersaudara yang bisa dikatakan sukses dalam kehidupannya, dan itu tidak terlepas dari sosok ayah yang super dan ibu yang hebat, meskipun ayah dan ibu secara pendidikan tidak pernah mengenyam pendidikan, keduanya tidak mengerti baca tulis. Ayah kami termasuk keturunan yang cukup berada pada zaman itu, karena punya rumah yang relatif besar dan tanah yang lumayan luas. Hanya karena sangat disayang sama ibunya (mbah uty) sehingga ayah yang menjadi anak semata wayang tidak disekolahkan karena takut dipukul sama gurunya, begitulah penuturan Ayah saat beliau masih hidup. Ibu pun demikian, beliau hidup cukup terlunta lunta, sering berpindah tempat untuk menjadi pembantu rumah tangga, hingga jodoh mempertemukannya dengan ayah, dipersunting ayah menjadi istri beliau, pendamping hidup beliau hingga akhir hayat, dikarunia 5 orang putra, kami Pandawa Lima.
Beliau (orang tua), adalah sosok yang sangat sangat istimewa di mata kami, meski tidak berpendidikan dan tinggal jauh di pelosok pedesaan, cita-cita mereka untuk kami begitu mulia. Ayah mampu menjalankan perannya sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga, mengajarkan kepada kami tentang tanggung jawab. Ibu sukses menjalankan perannya sebagai seorang istri dan Ibu sebagai pendidik pertama anak-anaknya. Beliau punya keinginan besar agar anak-anaknya kelak bisa sekolah yang tinggi dan menjadi anak-anak yang sukses, tidak mengikuti jejak mereka sebagai seorang petani. Dan itu bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan, tinggal di pedesaan, dengan kultur budaya yang masih jauh ketinggalan, bahkan kebanyakan masyarakat beranggapan, sekolah buang waktu dan buang-buang biaya saja. Sehingga banyak yang putus sekolah saat di pendidikan SMP, bahkan yang tidak sekolahpun juga banyak, namun Ibu adalah sosok yang visioner dan berfikir jauh ke depan untuk masa depan anak-anaknya. Kebiasaan beliau yang patut dicontoh adalah beliau hampir tidak pernah meninggalkan sholat malamnya, di usia yang semakin senja tidak menyurutkan semangatnya dalam beribadah. Kekuatan do'a dari sang bunda yang membuat kami mampu melewati berbagai ujian dan dengan pertolongan-Nya kami meraih kesuksesan. Semoga Allah selalu melindunginya dan merahmatinya ibunda kami, juga ayah kami yang sudah mendahului kami, semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya...Aamiin.