Sahabat pembaca yang berbahagia. Kenyataan adalah satu keniscayaan, dan kenyataan tentu berawal dari sebuah mimpi. Semakin indah mimpi kita maka kenyataan yang kita dapatkan juga semakin indah. Tetapi yang lebih penting dari pada itu adalah bangun dan bangkit untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah itu. Sahabat setia, yang saya hormati, tentu kita ingat masa-masa sekolah di era sebelum tahun 90-an, hampir kita tidak mendapatkan tantangan yang berarti, meskipun dengan fasilitas yang serba minimalis, listrik, alat komunikasi, media info dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Dan
dahulu anak SD ketika ditanya, apa cita-citamu kelak, maka dia akan dengan
tegas menjawab, ingin jadi dokter, jadi tentara, jadi presiden, dan lain-lain.
Sehingga mereka sekolah dengan fokus ingin mewujudkan cita-citanya.dan hari ini
kita mendapati kenyataan yang sangat paradoks dengan era dahulu, dengan
fasilitas yang lebih lengkap, dengan kemajuan teknologi yang lebih pesat, akan
tetapi anak seakan tidak mengerti mau jadi apa mereka, apa tujuan mereka
sekolah. Bahkan kebanyakan orang tua juga sangat tidak peduli akan pendidikan
mereka, cukup mereka bisa bersekolah, menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah dan
tidak tau apa program pendidikan di sekolah-sekolah anaknya.
Tantangan
global yang tidak bisa tidak harus kita hadapi, memerlukan strategi dan
kreatifitas setiap sekolah, apalagi pada sekolah menengah atas. Tentu mereka
para orang tua berharap banyak kepada sekolah, bahwa anak-anak yang mereka
sekolahkan di sekolah-sekolah menengah atas benar-benar mendapatkan bekal yang
cukup. Mereka berharap anak-anaknya benar-benar telah siap menghadapi kerasnya
kehidupan.
Langkah
pertama sebagai setrategi sekolah dalam mendidik mereka generasi bangsa adalah
Menjadikan sekolah yang paling menyenangkan, the most enjoyable school. Ini
adalah tantangan terberat bagi sekolah. Di era kemajuan teknologi dan pesatnya
pergaulan bebas tentu tidak mudah menjadikan sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan, bukan sebaliknya, menjadi sekolah yang menakutkan. Dan inilah
yang kerap terjadi di dunia pendidikan. Anak tidak merasa aman di sekolah
karena takut dengan temannya, takut dengan gurunya. Mereka kerap sekali
mendapatkan ancaman bahkan kekerasan fisik. Dalam sebuah riset yang dilakukan
LSM Plan International Center for Research on women (ICRW) di tahu 2015
terdapat 84% anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah. Tentu ini
membuat kita para orang tua prihatin sekaligus khawatir dengan kondisi anaknya.
Oleh karenanya sekolah harus meyakinkan kepada para orang tua bahwa anak-anak
merekan aman dan merasa senang selama di sekolah. Itu semua harus dimulai dari
kepala sekolah sebagai leadernya para guru sebagai pendidik dan seluruh
karyawannya. Mereka harus memiliki kompetensi yang cukup dan yang tidak kalah
penting adalah bagaimana menjaga hubungan yang baik dengan para anak didiknya,
menjadikan mereka sahabat, dan tidak ada lagi perasaan membeda-bedakan, apalagi
bullying. Punishment harus jelas dan tegas karena ini juga bagaian penting
dalam menjaga stabilitas sekolah agar tetap kondusif. Dan kepala sekolah
memiliki peranan besar dalam mengkondisikan suasana seperti ini. Membuat guru
dan karyawan betah di sekolah sehingga
merekapun dengan tanpa beban memberikan hal yang sama dengan anak didiknya.
Bisa kita bayangkan kalau perasaan seorang guru tertekan, banyak beban, maka
dampaknyapun akan sangat besar terhadap proses pembelajaran. Mungkin secara
tugas terselesaikan, tetapi selesai tanpa makna.
Langkah
kedua adalah Pembentukan Karakter, Caracter building. Ini adalah bagian dari
langkah pertama, hanya perlu penegasan bahwa pembentukan karakter adalah satu
keharusan yang harus dilakukan pihak sekolah. Idealnya pembentukan karakter
tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, oleh karena itu perlu kerjasama
yang baik antara sekolah dengan para orang tua. Perlu persamaan visi antara
sekolah dengan orang tua sehingga tidak terjadi distorsi antara program yang
dijalankan sekolah dengan pendidikan keluarga. Ini menjadi penting karena
karakter adalah pembiasaan yang ingin ditekankan kepada anak-anak didiknya. Ini
menjadi perhatian khusus karena kebiasaan yang tidak baik akibat pergaulan
bebas, terbawa kesekolah. Mulai dari sikap, perkataan sampai pada perbuatan. Itulah
yang harus ditata, kebiasaan-kebiasan baik itulah yang harus dikondisikan
sekolah. Sekolah harus mempunyai parameter yang terukur dalam upaya pembiasaan
baik ini, mulai dari disiplin, tanggung jawab, kreatif, kemandirian, kerja
keras dan karakter-karaker positif lainnya. Hari ini anak melakukan apa harus
jelas, mereka harus disibukkan dengan program-program kebaikan dari sekolah,
dengan demikian mereka tidak mungkin melakukan hal-hal negative karena tika ada
kesempatan untuk melakukannya. Sebagaimana juga yang pernah disampaikan oleh
ulama besar Imam Hasan Al Basri, “Barang siapa tidak disibukkan dengan kebaikan
maka dia akan disibukkan dengan keburukan”. Tentu saja pengkondisian ini tidak
bisa terwujud kalau hanya menjadi tanggung jawab salah satu atau beberapa guru
saja, atau guru guru BK saja, tetapi semua pihak baik pendidik dan staf
karyawan maupun orang tua.
Langkah
ketiganya adalah, menyediakan wadah bagi siswa dan juga para gurunya untuk bisa
berkreatifitas. Studio creativity. Inilah fungsi dari ekstrakurikuler, yang
diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas mereka. Mereka anak didik kita
adalah anak-anak yang cerdas, masing-masing memiliki keunggulan. Biarlah mereka
berkembang dengan kemampuannya, dan sekolah wajib untuk menyediakan wadahnya dan
tentu saja mengarahkan dan membimbingnya. Tentu ini perlu dukungan semua pihak,
baik dari pemerintah maupun para stake holder pendidikan. Bahkan dalam
kurikulum 13, pelajaran Prakarya dan Kewirausahan, bisa dikembangkan dan
disesuaikan dengan kearifan lokal, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
siswa. Karena dengan inilah akan banyak mencetak entrepreneurship masa depan
yang siap bersaing di dunia luar. Tentu juga dengan para guru dituntut untuk
ikut berperan aktif, guru harus menjadi tim kreatif untuk mensuport anak
didiknya.
Langkah Ke Empat,
Menguatkan Program Literasi Sekolah, School Literacy Program. Allah Swt,
pertama kali menurunkan AlQur’an didahului dengan ayat yang memerintakan untuk membaca,
IQRA, bacalah, dan pada ayat ke empatnya ‘ALAMA BIL QOLAM, yang mengajar dengan
perantaraan kalam (pena), ini tentu menekankan tentang pentingnya program
literasi, yaitu membaca dan menulis. Berdasarkan penilaian Progamme for International Assessment of
Adult Competencies (PIAAC) yang baru pertama kali diikuti
Indonesia tahun 2016 ini, menujukkan hasil yang memprihatinkan. Dari 34 negara
anggota Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD), penilaian kemampuan numerasi, literasi
serta kemampuan memecahkan masalah para responden masyarakat dewasa ini di
Jakarta, ternyata Indonesia berada di peringkat paling bungsu.(Tribunnews.com,
2 Nop 2016), tentu ini sangat memprihatinkan dan belum memenuhi harapan UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab XIII
pasal 48 yang berbunyi: berisi “Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui
keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat”. Sekali lagi sekolah juga memiliki
peran penting dalam hal ini, mengingat sepertiga hari mereka berada di sekolah.
Beberapa program yang dilakukan adalah, memperbanyak koleksi buku perpustakaan,
termasuk juga segi kenyamanannya, tidak heran jika 5% minimal harus dianggarkan
dari dana BOS yang ada. Selain itu bisa juga membuat kreatifitas perlombaan,
lomba mebuat cerpen, mading, baca cepat, membuat resume dan sebagainya yang
bisa merangsang minat baca tulis para anak didiknya.
Tentu segala upaya
ataupun langkah-langkah lain bisa dilakukan untuk memimpikan sekolah idaman. Dan pada akhir tulisan ini saya ingin
mengingatkan diri saya pribadi dan seluruh pembaca sekalian akan pesan Allah
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila
seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang
mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (an-Nisa’: 9)
Semoga kita tidak termasuk orang yang meninggalkan
anak-anak didik kita dalam keadaan lemah, semoga Allah Swt selalu memberikan
perlindungan dan kekuatan pada para orang tua, para guru dan para generasi
penerus bangsa di tengah krisis yang melanda bangsa ini. Aamiin
Penulis
S. Wahyu Widodo
No comments:
Post a Comment