Monday, November 22, 2021

MEMIMPIKAN SEKOLAH IDAMAN

Sahabat pembaca yang berbahagia. Kenyataan adalah satu keniscayaan, dan kenyataan tentu berawal dari sebuah mimpi. Semakin indah mimpi kita maka kenyataan yang kita dapatkan juga semakin indah. Tetapi yang lebih penting dari pada itu adalah bangun dan bangkit untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah itu. Sahabat setia, yang saya hormati, tentu kita ingat masa-masa sekolah di era sebelum tahun 90-an, hampir kita tidak mendapatkan tantangan yang berarti, meskipun dengan fasilitas yang serba minimalis, listrik, alat komunikasi, media info dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Dan dahulu anak SD ketika ditanya, apa cita-citamu kelak, maka dia akan dengan tegas menjawab, ingin jadi dokter, jadi tentara, jadi presiden, dan lain-lain. Sehingga mereka sekolah dengan fokus ingin mewujudkan cita-citanya.dan hari ini kita mendapati kenyataan yang sangat paradoks dengan era dahulu, dengan fasilitas yang lebih lengkap, dengan kemajuan teknologi yang lebih pesat, akan tetapi anak seakan tidak mengerti mau jadi apa mereka, apa tujuan mereka sekolah. Bahkan kebanyakan orang tua juga sangat tidak peduli akan pendidikan mereka, cukup mereka bisa bersekolah, menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah dan tidak tau apa program pendidikan di sekolah-sekolah anaknya.

Tantangan global yang tidak bisa tidak harus kita hadapi, memerlukan strategi dan kreatifitas setiap sekolah, apalagi pada sekolah menengah atas. Tentu mereka para orang tua berharap banyak kepada sekolah, bahwa anak-anak yang mereka sekolahkan di sekolah-sekolah menengah atas benar-benar mendapatkan bekal yang cukup. Mereka berharap anak-anaknya benar-benar telah siap menghadapi kerasnya kehidupan.

Langkah pertama sebagai setrategi sekolah dalam mendidik mereka generasi bangsa adalah Menjadikan sekolah yang paling menyenangkan, the most enjoyable school. Ini adalah tantangan terberat bagi sekolah. Di era kemajuan teknologi dan pesatnya pergaulan bebas tentu tidak mudah menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan, bukan sebaliknya, menjadi sekolah yang menakutkan. Dan inilah yang kerap terjadi di dunia pendidikan. Anak tidak merasa aman di sekolah karena takut dengan temannya, takut dengan gurunya. Mereka kerap sekali mendapatkan ancaman bahkan kekerasan fisik. Dalam sebuah riset yang dilakukan LSM Plan International Center for Research on women (ICRW) di tahu 2015 terdapat 84% anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah. Tentu ini membuat kita para orang tua prihatin sekaligus khawatir dengan kondisi anaknya. Oleh karenanya sekolah harus meyakinkan kepada para orang tua bahwa anak-anak merekan aman dan merasa senang selama di sekolah. Itu semua harus dimulai dari kepala sekolah sebagai leadernya para guru sebagai pendidik dan seluruh karyawannya. Mereka harus memiliki kompetensi yang cukup dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana menjaga hubungan yang baik dengan para anak didiknya, menjadikan mereka sahabat, dan tidak ada lagi perasaan membeda-bedakan, apalagi bullying. Punishment harus jelas dan tegas karena ini juga bagaian penting dalam menjaga stabilitas sekolah agar tetap kondusif. Dan kepala sekolah memiliki peranan besar dalam mengkondisikan suasana seperti ini. Membuat guru dan karyawan betah  di sekolah sehingga merekapun dengan tanpa beban memberikan hal yang sama dengan anak didiknya. Bisa kita bayangkan kalau perasaan seorang guru tertekan, banyak beban, maka dampaknyapun akan sangat besar terhadap proses pembelajaran. Mungkin secara tugas terselesaikan, tetapi selesai tanpa makna.

Langkah kedua adalah Pembentukan Karakter, Caracter building. Ini adalah bagian dari langkah pertama, hanya perlu penegasan bahwa pembentukan karakter adalah satu keharusan yang harus dilakukan pihak sekolah. Idealnya pembentukan karakter tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara sekolah dengan para orang tua. Perlu persamaan visi antara sekolah dengan orang tua sehingga tidak terjadi distorsi antara program yang dijalankan sekolah dengan pendidikan keluarga. Ini menjadi penting karena karakter adalah pembiasaan yang ingin ditekankan kepada anak-anak didiknya. Ini menjadi perhatian khusus karena kebiasaan yang tidak baik akibat pergaulan bebas, terbawa kesekolah. Mulai dari sikap, perkataan sampai pada perbuatan. Itulah yang harus ditata, kebiasaan-kebiasan baik itulah yang harus dikondisikan sekolah. Sekolah harus mempunyai parameter yang terukur dalam upaya pembiasaan baik ini, mulai dari disiplin, tanggung jawab, kreatif, kemandirian, kerja keras dan karakter-karaker positif lainnya. Hari ini anak melakukan apa harus jelas, mereka harus disibukkan dengan program-program kebaikan dari sekolah, dengan demikian mereka tidak mungkin melakukan hal-hal negative karena tika ada kesempatan untuk melakukannya. Sebagaimana juga yang pernah disampaikan oleh ulama besar Imam Hasan Al Basri, “Barang siapa tidak disibukkan dengan kebaikan maka dia akan disibukkan dengan keburukan”. Tentu saja pengkondisian ini tidak bisa terwujud kalau hanya menjadi tanggung jawab salah satu atau beberapa guru saja, atau guru guru BK saja, tetapi semua pihak baik pendidik dan staf karyawan maupun orang tua.

Langkah ketiganya adalah, menyediakan wadah bagi siswa dan juga para gurunya untuk bisa berkreatifitas. Studio creativity.  Inilah fungsi dari ekstrakurikuler, yang diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas mereka. Mereka anak didik kita adalah anak-anak yang cerdas, masing-masing memiliki keunggulan. Biarlah mereka berkembang dengan kemampuannya, dan sekolah wajib untuk menyediakan wadahnya dan tentu saja mengarahkan dan membimbingnya. Tentu ini perlu dukungan semua pihak, baik dari pemerintah maupun para stake holder pendidikan. Bahkan dalam kurikulum 13, pelajaran Prakarya dan Kewirausahan, bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kearifan lokal, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para siswa. Karena dengan inilah akan banyak mencetak entrepreneurship masa depan yang siap bersaing di dunia luar. Tentu juga dengan para guru dituntut untuk ikut berperan aktif, guru harus menjadi tim kreatif untuk mensuport anak didiknya.

Langkah Ke Empat, Menguatkan Program Literasi Sekolah, School Literacy Program. Allah Swt, pertama kali menurunkan AlQur’an didahului dengan ayat yang memerintakan untuk membaca, IQRA, bacalah, dan pada ayat ke empatnya ‘ALAMA BIL QOLAM, yang mengajar dengan perantaraan kalam (pena), ini tentu menekankan tentang pentingnya program literasi, yaitu membaca dan menulis. Berdasarkan penilaian Progamme for International Assessment of Adult Competencies (PIAAC) yang baru pertama kali diikuti Indonesia tahun 2016 ini, menujukkan hasil yang memprihatinkan. Dari 34 negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), penilaian kemampuan numerasi, literasi serta kemampuan memecahkan masalah para responden masyarakat dewasa ini di Jakarta, ternyata Indonesia berada di peringkat paling bungsu.(Tribunnews.com, 2 Nop 2016), tentu ini sangat memprihatinkan dan belum memenuhi harapan UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab XIII pasal 48 yang berbunyi: berisi “Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat”. Sekali lagi sekolah juga memiliki peran penting dalam hal ini, mengingat sepertiga hari mereka berada di sekolah. Beberapa program yang dilakukan adalah, memperbanyak koleksi buku perpustakaan, termasuk juga segi kenyamanannya, tidak heran jika 5% minimal harus dianggarkan dari dana BOS yang ada. Selain itu bisa juga membuat kreatifitas perlombaan, lomba mebuat cerpen, mading, baca cepat, membuat resume dan sebagainya yang bisa merangsang minat baca tulis para anak didiknya.

Tentu segala upaya ataupun langkah-langkah lain bisa dilakukan untuk memimpikan sekolah  idaman. Dan pada akhir tulisan ini saya ingin mengingatkan diri saya pribadi dan seluruh pembaca sekalian akan pesan Allah

“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (an-Nisa’: 9)

Semoga kita tidak termasuk orang yang meninggalkan anak-anak didik kita dalam keadaan lemah, semoga Allah Swt selalu memberikan perlindungan dan kekuatan pada para orang tua, para guru dan para generasi penerus bangsa di tengah krisis yang melanda bangsa ini. Aamiin

Penulis

S. Wahyu Widodo


No comments:

Post a Comment